Minggu, 31 Juli 2011

Matahari Berkedip Khairul Azmi

Sinar matahari begitu menyengat.hawa panas begitu terasa.Tampak seorang ibu yang begitu sabar tengah menjemur padi untuk ditumbuk.Padi-padi itu dijemur,di atas lembaran-lembaran tikar berbahan dasar karung .Sesekali ia meratakan padi-padinya dengan menggunakan baji sebagai alat pemerata.Ia harus memastikan bahwa padi-padi yang dijemur itu dalam keadaan merata sehingga lebih cepat masak dan siap untuk ditumbuk.Tubuhnya bercucuran keringat.Semangat untuk melakukan pekerjaan tersebut tak urung lekang oleh panasnya terik matahari.
Tiba-tiba Sinar matahari mulai meredup , akhirnya langitpun menjadi gelap.Rasa cemas terlihat diraut mukanya.Suatu fenomena alam yang baru ia temui.Tak lama kemudian terdengar suara dibalik langit





Sinar matahari begitu menyengat.hawa panas begitu terasa.Tampak seorang ibu yang begitu sabar tengah menjemur padi untuk ditumbuk.Padi-padi itu dijemur,di atas lembaran-lembaran tikar berbahan dasar karung .Sesekali ia meratakan padi-padinya dengan menggunakan baji sebagai alat pemerata.Ia harus memastikan bahwa padi-padi yang dijemur itu dalam keadaan merata sehingga lebih cepat masak dan siap untuk ditumbuk.Tubuhnya bercucuran keringat.Semangat untuk melakukan pekerjaan tersebut tak urung lekang oleh panasnya terik matahari.
Tiba-tiba Sinar matahari mulai meredup , akhirnya langitpun menjadi gelap.Rasa cemas terlihat diraut mukanya.Suatu fenomena alam yang baru ia temui.Tak lama kemudian terdengar suara dibalik langit.”tidak usah khawatir,matahari hanya berkedip,sebentar lagi akan kembali seperti semula”.
“Astagfirullah”,wanita itu beristigfar.Ia baru saja terbangun dari mimpinya.Wajah yang begitu teduh itu menyimpan rasa cemas.Kemudian ia menoleh ke arah kanan,memandang anak mungilnya yang masih tertidur lelap.lelaki mungil itu bernama azam,azamulkhair nama lengkapnya.Ia baru berumur 1 tahun 3 bulan, namun sudah dapat berjalan.Kemudian wanita itu menciumnya dengan penuh cinta, Seketika itu juga air matanya menetes dipipi. membahasahi wajahnya yang begitu lembut.
Seorang lelaki berperawakan sedang yang tidur disamping kanan azam juga ikut terbangun.Ya,ia adalah suami dari wanita istimewa itu, dan ayah dari azam. Dari wajahnya bisa terlihat bahwa ia adalah seorang pekerja keras. Bekerja demi menghidupi keluarganya.”Mar apa yang engkau risaukan?”.Mar adalah panggilan sayangnya kepada istrinya.Wanita mulia itu bernama mawar. Sementara suaminya bernama syamsul.”Kemudian mawar menceritakan tentang apa yang baru ia alami.Ternyata syamsul paham tentang apa yang barusan terjadi.Meskipun ia juga khawatir, tapi ia tetap berusaha menenangkan perasaan istrinya.
Tak lama kemudian azan subuh berkumandang.”Mar,ayo kita sholat dulu,sudah azan”.”Ia Mas”, ia menganggukkan kepalanya. Pagi itu mereka melaksanakan sholat subuh berjemaah di rumah saja.Bacaan syamsul sangat fasih.Ia membaca dengan tartil dan setiap ayat alfatihah ia baca dengan tenang dan perlahan.Setelah al fatihah ia membaca surat arahman.mereka berdua menangis ketika sampai pada ayat fabiaiya ala irabbikuma tukaziban.maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?.
Rasa syukur yang amat mendalam,atas limpahan rahmat dan rezki yang diberikan Allah kepada mereka sungguh sangat mereka rasakan.Meskipun sebagian orang melihat mereka serba kekurangan, jauh dari kehidupan yang serba berkecukupan, namun tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak bersyukur atas rezki yang telah mereka dapatkan. Segala puji bagi Allah, meskipun ia hanya tinggal di sebuah rumah ukuran 3x 4 meter, penghasilan yang pas-pasan, namun mereka dapat merasakan nikmat keimanan, ketenangan hati ,kekhusukan beribadah yang jauh lebih beharga dari emas setinggi gunung sekalipun.
Selesai sholat subuh, syamsul sosok lelaki yang berkumis seadanya dan berjenggot tipis itu sedang duduk tawajuh.Wajahnya begitu tenang. Tangan kanannya masih memegang buah sabah. Sepertinya ia masih menikmati zikirnya kepada sang khaliq. sementara mawar menengadahkan kedua tangannya, bermunajat kepada Illahi.”Ya Allah apa yang akan terjadi, hanya Engkau yang maha tahu, hamba berserah diri kepadamu, sungguh tidak ada yang bisa mengubah yang telah engkau tetapkan, maka hamba mohon perlindunganmu”. imbuh mawar itu di dalam hatinya. Dari wajahnya mengisyaratkan rasa kegelisaan, kekhawatiran yang cukup mendalam, namun sebagai seorang yang beriman ia tetap ikhlas, dan berserah diri kepada Allah SWT.
Tak terasa fajarpun mulai menyinsing, mataharipun sudah siap melakukan tugasnya, menggantikan malam menjadikan siang sebagai waktu yang telah ditetapkan untuk mencari kehidupan. Begitu juga dengan mawar sebagai seorang istri ia telah menyuguhkan makanan untuk suaminya tercinta. Menu yang sangat sederhana hanya terdiri sepiring nasi, sayuran lobak dan tempe.Seusai makan syamsul mengenakan pakaian kemeja putih yang sudah kumal berlengan panjang dan menyandang cangkul di atas bahu kanannya. Pakaian itu bergaris-garis coklat membujur kebawah yang hampir tidak kelihatan lagi karena tertutupi oleh noda-noda pakaian. Meskipun sudah sering dicuci tetapi tetap saja noda-noda itu tidak bisa hilang.”Ummi , Abi pergi dulu ya pagi ! , loh kok masih melamun umi ?. memikirkan mimpi yang tadi malam ? , udah jangan teini abi mau menggarap ladang di kampung sebelah”.”Ya Abi , hati-hati di jalan”.
Sebenarnya syamsul adalah seorang ustad. Ia seorang alumnus pesantren Arisalah di padang panjang.Ia sering diminta mengisi pengajian.Menurut orang-orang yang telah mendengar pengajiannya, penyampaian dan tutur katanya yang lembut sangat menyentuh. Baginya mengisi pengajian bukanlah suatu profesi melainkan salah satu sarana untuk berdakwah.Ia berdakwah bukanlah untuk mengharapkan imbalan. Berapun yang ia peroleh ia terima dengan ikhlas. Pernah ia hanya disuguhi minuman air putih ketika meruqyah seorang anak yang kerasukan. Padahal jarak yang ia tempuh untuk mencapai kesana cukup jauh. Hal itu dapat dimaklumi karena kondisi keluarga yang ia bantu juga memprihatinkan. 
Sehari-hari Ia sebagai seorang buruh tani.Ia biasa bekerja menggarap ladang atau sawah orang lain, mencangkul, menyemai, menanam padi dengan hal itu ia mendapatkan upah dari usahanya.Terkadang ia harus menempuh jarak berpuluh-puluh kilometer. Pagi ini ia mesti mendaki dan menuruni bukit untuk mendatangi lahan yang akan digarap. Meskipun upahnya relatif kecil namun baginya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Bahkan bisa berlebih yang kemudian ia tabung.Tabungan itu ia ambil kembali untuk menolong orang-orang yang butuh ditolong. Ia teringat ketika membantu tetangganya yang tidak lagi bersuami butuh uang untuk membawa anaknya kerumah sakit karena sakit DBD,sementara uang yang telah ia tabung mau ia gunakan untuk biaya bersalin istrinya mawar.Besoknya ia diminta mengisi pengajian pelepasan haji disebuah perumahan elit.Sewaktu mau pulang ia dikasih amplop oleh pemilik rumah,yang isinya lebih dari cukup untuk biaya bersalin istrinya,dan bahkan bisa membeli perlengkapan bayi.
Subhanallah sebuah rezki yang tidak pernah disangka-sangka datangnya.Setiap makhluk yang ada dialam ini sudah diatur rezkinya.Bagi orang-orang yang beriman tidak ada kekhawatiran atas kemiskinan harta.Ia akan menginfakkan hartayang ia miliki untuk berjuang di jalan Allah.Sebagaiman firman Allah dalam surat saba’ ayat 34 Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan yang menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
Mawar yang sejak tadi menggendong azzam, terus melihat suaminya, melangkah menjahuinya sampai akhirnya tidak kelihatan lagi.Entah kenapa hari ini ia merasa tidak tenang.Ia sangat khawatir dengan suaminya.Mimpi semalam masih membekas dalam benaknya.”Ya Allah jagalah suamiku,hanya kepadaMu hamba meminta dan memohon pertolongan”,lirihnya di dalam hati.
Kemudian ia melangkah masuk ke dalam rumah.Menutup rapat-rapat pintu rumahnya.Ia memasukkan beras,yang telah dicuci ke dalam periuk yang telah diisi air lalu meletakkan di atas tungku pemasak.Ia mengambil beberapakayu bakar,dan menyilangkan pada tungku pemasak.Lalu menyalakan korek api.Ia mau menanak nasi.

BERSAMBUNG ...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar