Rabu, 01 Oktober 2014

Surat cinta untuk Adikku seri-1

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmad dan karunianya kepada seluruh makhluknya. Kemudian sholawat beriring salam kepada nabi muhammad SAW. Bang mendoakan tia dan taqin adek ipar yang abang banggakan selalu dalam keadaan sehat walafiat.

Tia, adek kandung abang yang sangat bang cintai dan bang sayangi. Pertemuan singkat kita waktu di hotel itu bagi abang tidaklah cukup. Ingin sekali abang bisa lebih lama lagi dengan tia di sana. Ingin rasanya waktu berhenti sejenak dan sabar menunggu sampai rasa rindu ini terpuaskan. Ingin rasanya abang ungkapkan semua yang selama abang pendam. Namun saat itu dengan waktu yang tersedia tidaklah cukup untuk menyampaikan semuanya. Oleh sebab itu bang menulis surat ini untuk tia.

Abang paham kondisi tia yang sudah cukup lelah usai pesta. Tia perlu istirahat tentunya. Tia memang tidak bilang apa-apa tapi raut wajah tia bisa bang baca. Taqin juga terlihat sangat kesulitan menahan kantuknya.

Kedatangan abang bersama amak, appa, ceni, ajo Andi dan ajo mal di hotel tidak pernah kita rencanakan. Awalnya  kita hendak berkunjung ke rumah tia . Namun kita baru tahu ternyata tia tidak pulang ke rumah. Usai pesta tia dan taqin nginap di hotel.

Apakah kita harus pergi ke hotel apa tidak ? , apakah pertemuan di hotel adalah momen yang tepat ?, bagaimana kalau tia lelah, sudah ketiduran dan tidak ingin diganggu siapa-siapa ?. Seribu pertanyaan yang menghantui pikiran kami.

Di satu sisi kami tidak mau menganggu tia yang sudah lelah tentunya. Di sisi lain kami ingin sekali bertemu dengan tia. Besok paginya kami harus balik ke desa bayur, pariaman. Menurut kami inilah waktu yang tersisa yang manjadi harapan yang masih ada. Setidaknya kita ingin berpamitan dengan tia dan taqin.

Perjalanan ke hotel malam itu terasa amat lama. Padahal ini adalah perjalanan kita yang ke dua. Perjalanan yang pertama saat siang harinya ketika menghadiri undangan pesta pernikahan tia dan taqin  tidaklah selama ini.

Pertemuan singkat dengan tia bagi bang sudah bisa mengobati rasa rindu yang kian membuncah. Bang malam itu tidak banyak bicara padahal pertemuan dengan tia adalah hal yang bang harap.

Abang harus membagi waktu yang singkat itu dengan yang lainnya. Mereka juga memiliki kerinduan yang sama dengan abang. Begitu juga dengan saudara tia yang tidak bisa datang ke pekanbaru kak mida, Elok dan ajo pul.

Meskipun begitu bang sangat bahagia karena pertemuan kita yang terakhir kalinya itu abang dan tia sudah menempatkan posisi sebagai abang dan adek. Tidak perlu lagi abang menjaga jarak dengan tia. Ataupun bersandiwara abang adalah orang lain atau hanya kerabat dari kak tati, mama tia.

Begitu banyak yang ingin abang ceritakan dengan tia. Masih ingatkah tia ketika pertama kali abang ke pakanbaru bersama amak menemui tia di rumah tia. Waktu itu abang kelas satu dan tia masih TK. Abang mengajarkan tia bikin gambar sebuah mobil di buku gambar. Tia merasa senang karena tia akhirnya bisa membuat gambar mobil.  Atau masih ingatkah tia ketika kita bermain bersama abang pernah gendong tia di depan cermin ?. Abang gak tau apakah tia ingat itu, yang jelas itu adalah memori yang tak bisa bang lupakan.

Adekku tia, yang bang sayangi. lebih 23 tahun rahasia ini tersimpan dengan rapi. Rahasia ini memang sengaja disimpan demi kebaikan tia , Setidaknya itu yang dipahami amak selama ini. Sampai dada ini membuncah ingin mengungkapkan semuanya. Ingin sekali tia bang panggil adek dan bang sampaikan seluruh orang- orang bahwa bang bukanlah anak bungsu melainkan bang punya adek kandung seorang perempuan yang cantik dan juga sholehah. Ingin sekali bang bercerita, bermain bersama-sama seperti anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun.

Alhamdulillah saat penghujung dihari pernikahaan tia , tia sudah mengetahui siapa orangtua kandung tia. Meskipun tia mengetahui tidak langsung dari amak dan apa.  Bang juga tidak tahu bagaimana perasaan tia ketika pertama kali mengetahui rahasia itu. Apakah senang karena ternyata tia punya ibu satu lagi, yaitu ibu kandung tia sendiri dan tia banyak saudara atau malah justru sedih karena ternyata ibu yang membesarkan tia selama ini bukan ibu kandung tia.

Tapi perlu tia ketahui rahasia yang tia ketahui itu baru lembaran pertama dari sebuah teka teki kehidupan ini. Masih banyak lembaran-lembaran lain yang harus tia ketahui. Dalam surat ini bang akan berupaya mengungkapkan puzel-puzel yang tercecer sehingga cerita itu menjadi utuh dan menjadi terang benderang. Sebagai seorang anak tentu akan menyimpan seribu pertanyaan yang harus dicarikan jawabannya ketika ia baru mengetahui siapa orangtua kandungnya disaat ia akan melabuhkan cintanya dibahtera rumah tangga. Abang juga tidak tahu apakah tia sudah mendapatkan jawaban itu. Kalaupun sudah abang juga tidak tahu apakah jawaban yang tia dapatkan sama dengan cerita yang abang akan ungkap kepada tia.

Cerita ini bang kumpulkan dari cerita abang-abang, kakak-kakak dan amak. Dan tibalah saatnya abang merangkainya. Sebelum abang memulainya abang ingin mengajak tia berjalan-jalan melihat bagaimana kondisi keluarga kita waktu itu.

Apa dulu masih menjadi guru  sarjana muda tamatan SPG. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari apa juga berprofesi sebagai seorang petani. Pagi hari selesai sholat subuh apa dan amak menjual hasil ladang seperti sayur-sayuran dan jagung ke balai kecamatan. Hasil ladang itu dijual langsung kepada pedagang borongan. Jam 06.30 apa dan amak sudah balik lagi ke rumah. jam 07.00 apa berangkat ngajar di sebuah sekolah. Siang hari apa pulang ke rumah untuk berkumpul bersama keluarga. Sore hari apa,  amak sekeluarga berangkat ke ladang. Di ladang  kita memanen sayur bayam, kemudian diikat dengan menggunakan tali dari batang pisang. Kemudian sayur-sayur yang sudah diikat itu dicuci di sungai. Kebetulan ladang kita  berada di tepi sungai. Menjelang matahari tenggelam kita sudah beranjak dari ladang membawa hasil ladang pulang ke rumah menggunakan gerobak dorong. Siap magrib sayur-sayur yang sudah diikat itu disusun tegak dan dibatasi oleh papan.

Rumah kita waktu itu masih kecil. Jangankan TV, listrik saja belum ada. Malam terasa agak gelap karena hanya diterangi oleh lampu minyak. Namun cahaya keharmonisan keluarga sewaktu itu lebih terang dari cahaya  hotel berbintang lima sekalipun.

Di sana ada 3 buah rumah berdekatan. Rumah kita berada di tengah. Rumah di sebelah kanan rumah kita adalah rumah kakak perempuan amak dimana abang memanggilnya dengan panggilan mama. Sementara rumah sebelah kiri adalah rumah nenek, ibu dari amak. Di rumah itu juga dihuni oleh keluarga adek ibu yang abang sebut  " tati ". Suami tati bang panggil " pak uncu ". Amak juga punya adek laki-laki yang bekerja di malaysia. Abang memanggil beliau dengan sebutan" mak etek".

Rumah kita tidak jauh dari sungai.meskipun abang yang telah dibesarkan disana abang  sampai sekarang tidak bisa berenang. Abang juga tidak tau apakah tia bisa berenang apa tidak. Namun abang tidak bisa berenang karena ada suatu faktor trauma sejak masa kecil. Apakah faktor itu, nanti abang ceritakan dan teruslah membaca. Balai desa berada 2 kilo meter dari seberang sungai.

Kampung kita disebut dengan desa bayur. Kenagarian campago, kecamatan kampung dalam, kabupaten padang pariaman, provinsi sumatera barat. Jalan di desa bayur masih berbatu-batu, berlumpur belum ada di aspal. Kalau kita ingin melihat jalan di aspal maka jalan itu ada di balai kecamatan.

Kita bersaudara ada 8 orang. 4 orang laki-kaki dan 4 orang perempuan. Anak yang sulung "Elok" bernama refna delvi. Elok orang yang paling pendiam dan pemalu diantara kita, bang rasa lebih pendiam lagi daripada tia. Elok orang yang paling sering mengalah diantara kita. Mungkin karena beliau orang yang paling tua diantara kita kali ya tia ya. He he. Elok mempunyai 5 orang anak,  Paldi, Roni, Resi, Salsa dan si bungsu yang beberapa bulan belakangan lahir bernama muhammad Zaki.

Nomor dua "Ceni" bernama Arena putri. Yang satu ni kakak yang paling banyak ngomong, paling gaul dan paling banyak teman. Kalau ceni tersenyum  lesung pipi kiri kanannya akan kelihatan. Ceni memiliki anak sepasang. Lidia dan Rehan.

Nomor tiga " ajo Andi" bernama suhendri. Memiliki badan besar, tegap seperti bak tentara. Beliau dulu pernah tes tentara. Namun tidak lulus tes. Ajo Andi juga yang paling banyak ngomong diantara saudara laki-laki lainnya. Ajo Andi punya Sakila dan Asyifa.

Nomor empat " ajo mal " bernama Edi Akmal. Ajo mal orangnya tidak banyak bicara. Talk less do more. Ajo mal memiliki 2 orang anak. Yang pertama priska dan satu lagi lahir pada tanggal 8 april 2014 namanya nadira naufal akmal.

Nomor lima " Ajo pul " bernama syaiful hadi. Ajo ipul juga orangnya pendiam. Ia juga mempunyai dua orang anak perempuan. Namanya cinta Lufenia. Dan belum lama ini ajo pul istrinya juga melahirkan pada tanggal 14 Mei, dihari apa menikahkan tia.

Nomor enam " Kakak " bernama mida wati. Kakak ia saudara perempuan yang paling mirip dengan tia. Pendiam dan paling pemalu. Dan yang paling cantik. Kalau dibandingkan dengan tia gimana ya ?. He he. Mau tau, mau tau banget. He he.

Yang ke tujuh abang sendiri " ajo yuang "  bernama khairul azmi. Bang ini si pria berkacamata. Bang satu-satunya diantara yang laki-laki yang pakai kacamata. Dan tia satu-satunya diantara saudara perempuan yang pakai kacamata. Cuma mungkin minus kacamata tia mungkin lebih besar daripada abang. Bang minus kacamatta , kiri kanan -2, 5.

Dan yang terakhir "tia" yang bernama sintia kumala sari. Tia menurut abang juga tidak beda jauh dengan yang laiinya. Pendiam dan pemalu. Diantara saudara yang lain, tia lebih mirip dengan kakak mida. Senyumnya, cara jalannya dan suaranya juga ada kemiripan.

Semua saudara laki-laki dan perempuan bekerja menyambung hidup di rantau di tanjung enim sumatera selatan. Mereka semua sudah bekeluarga. Sekarang tinggal abang yang belum keluarga. Doakan bang ya tia agar segera bisa menyusul.

Sampai di sini dulu surat dari abang, surat selanjutnya abang akan ceritakan tentang lembaran lain tentang peristiwa yang terjadi ketika amak mengandung tia. Sebelum itu bang ceritakan abang berharap tia berkenan membalas surat elektronik dari abang.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar